PT SOLID GOLD BERJANGKA | Cek! 10 Saham Biang Kerok IHSG Nyungsep, Ramai Diobral Asing
PT. SOLID GOLD BERJANGKA | Lo Kheng Hong Borong Saham CFIN, Pagi Ini Harga Meroket 15%
PT SOLID GOLD BERJANGKA | Pemangkasan Investasi Saham BPJS Ketenagakerjaan Bayangi IHSG
PT SOLID GOLD BERJANGKA | IHSG Berpotensi Bangkit Jelang Akhir Pekan
PT SOLID GOLD BERJANGKA | Masuk Tren Hijau, IHSG Berpotensi Menguat
PT SOLID GOLD BERJANGKA | Stimulus AS US$2 Triliun Bisa Bikin IHSG Mengilap
PT SOLID GOLD BERJANGKA | BEI 'Bekukan' Sementara Saham Kakak Hary Tanoe
PT SOLID GOLD BERJANGKA | IHSG masih ada peluang menguat, berikut rekomendasi saham hari ini
PT SOLID GOLD BERJANGKA | Memasuki Area Jenuh Jual, IHSG Berpotensi Menguat
PT. Solid Gold Berjangka – “Namun akibat badannya mengalami obesitas, terkadang anak-anak lain mengejek bahkan mem-bully-nya,” ujar psikolog anak dan keluarga, Dra Naomi Soetikno, Psi, MPd, saat talkshow media “Yuk Main di Luar” di Senayan, Jakarta, Rabu (24/8/2016).
Obesitas anak merupakan salah satu permasalahan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya pola asuh orangtuanya yang membiarkan anak makan apa pun.
Umumnya yang terjadi pada korban bullying adalah rasa percaya diri yang turun. Untuk membangun kembali rasa percaya diri anak, ada beberapa tahapan yang perlut diperhatikan seperti yang dijelaskan oleh Naomi:
Ajak berpikir apa yang bisa dilakukan ketika sedang di-bully
Ajak anak berpikir, apa yang bisa dilakukannya ketika ia sedang diejek. “Misalnya, ‘Kalau aku diejek sama teman, apa yang bisa aku lakukan?’. Orangtua membantu anak untuk mengatasi masalahnya sendiri bukan orangtua yang turun tangan,” katanya.
Berikan pujian
“Misal anak kita di-bully atau diejek temannya, kemudian ia berpikir ‘Kalau aku lagi diejek, aku tinggalkan tempat itu’. Kalau anak sudah melakukan hal yang benar, beri ia pujian bahwa apa yang dilakukannya sudah benar,” ujarnya.
Mengerti kelebihan dan kekurangan
“Ajak anak untuk mengerti apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya, misalnya jika ia tidak bisa mengurangi nafsu makannya,” ujarnya.
Anak perlu menerima dirinya
“Kalau anak obesitas, bantu dia untuk menerima dirinya. Bukan (menerima) obesitasnya, tapi kemampuan-kemampuannya yang lain, seperti suka membantu orangtua atau pintar matematika,” ungkapnya.
Setelah itu, orangtua juga bisa mengajaknya berpikir bahwa dengan memiliki tubuh yang lebih ramping akan membuatnya lebih mudah melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga anak akan merasa tertantang untuk berusaha menurunkan berat badannya. Namun hal ini harus dengan bimbingan dan arahan dari kedua orangtua mengenai pola makan dan gaya hidup yang sehat.
Menurut dr. Indrarti Soekotjo, SpKO, Indonesia menduduki posisi nomor 5 kasus terbanyak obesitas anak di Asia Tenggara. Angka tersebut tentu tidak patut dibanggakan, karena akan berdampak pada kesehatan anak. “Sekarang anak chubby itu sudah tidak lucu lagi. Di balik kegemukan terdapat penumpukan sel-sel lemak yang banyak,” ujarnya dalam acara Nuvo Mari Bermain DI Luar, di Locanda, Selasa (23/8/2016).
Saat seorang anak berada di usia balita (Bawah Lima Tahun), orangtua harus mengenalkan makanan natural, seperti sayur dan buah. Hal ini karena, anak akan menyimpan memori tentang makanan yang diberikannya. “Anak itu menyimpan memori pada rasa makanan yang diberikan. Jadi, ketika pada usia balita, usahakan untuk tidak memberikan makanan seperti tiga kandungan tersebut, agar mereka mengingat jika buah dan sayur itu enak,” tutupnya.
BELAKANGAN ini Indonesia tengah heboh dengan kasus obesitas pada anak. Bahkan, di antara mereka pun sudah memasuki tahap koma karena jantung, dan kesulitan bernafas. Terlihat jika Tanah Air sudah memasuki kondisi darurat, karena banyaknya anak yang memiliki berat badan berlebih.
Kemudian, makanan yang mengandung gula, garam, dan lemak juga harus dipantau kadarnya. Tidak baik jika diberikan dalam porsi berlebih, karena 3 kandungan tersebut yang membuat tubuh anak semakin membesar. “Gula, garam, dan lemak harus sangat dikurangi. Orangtua harus memonitor makanan anak sehari-hari. Kalau bisa, saat anak masih balita jangan dikenalkan dulu kepada tiga jenis kandungan tersebut,” tukasnya.
Pola makan yang tidak sehat dan tidak teratur, menyebabkan obesitas pada anak. Karena itu, orangtua harus sadar akan pentingnya pola makan yang diberikan. Dalam mengatur pola makan, berikan makanan yang beragam, yaitu terdiri dari protein ikan, sayur, dan buah.